Anies Ungkit "Pribumi" dalam Pidato, Begini Hujan Kritik Netizen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baru satu hari menjabat, gubernur baru DKI Jakarta sudah menuai kritik pedas. Pidato Anies Baswedan selepas pelantikannya, Senin (16/10) membuat sebagian masyarakat merasa tidak nyaman karena penggunaan kata "pribumi" yang bermakna rancu.
Penggunaan istilah ini sendiri sebenarnya dilarang oleh Undang-Undang No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta dalam Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Tak pelak keputusan Anies untuk menggunakan istilah tersebut memicu reaksi dan jadi trending topic. Berikut tanggapan sejumlah netizen terhadap peristiwa ini.
1. Netizen kecewa karena pemilihan kata Anies secara tak langsung menyiratkan penggolongan dalam masyarakat.
2. Meskipun digunakan dalam konteks masa penjajahan, istilah "pribumi" memang pada dasarnya berbau rasis.
3. Akar konotasi kata ini buruk, dimanfaatkan untuk politik pecah belah. Setelah merdeka diganti menjadi Warga Negara Indonesia.
4. Sejumlah golongan mungkin tak pernah merasa perlu takut dengan "penyalahgunaan" kata pribumi.
Editor’s picks
5. Tak seperti para korban kerusuhan 1998 atau tragedi SARA lain yang begitu trauma dengan istilah pribumi dan non-pribumi.
6. Bahkan undang-undang negara dan instruksi presiden pun sudah melarang penggunaan kata ini.
7. Nah coba kamu gunakan kata ini untuk percakapan ringan seperti merayu gebetan... Terasa tidak nyaman 'kan?
Menurut sejarah selama ini kata pribumi & non-pribumi rentan disalahgunakan untuk memecah belah persatuan dengan menggolong-golongkan masyarakat berdasarkan suku dan ras. Akar mula kata ini juga berkonotasi buruk dan berusaha diubah oleh undang-undang.
Menurutmu, apakah bijak memilih kata yang berisiko membuat gesekan saat tengah rawan sentimen terhadap suku dan agama tertentu? Ada baiknya di tengah situasi yang masih bergejolak ini, kita semua termasuk para petinggi negri, menjaga tutur kata dan mengambil keputusan dengan kepala dingin.
Persatuan harus terus dipelihara karena Indonesia berhasil dibangun atas perjuangan bersama, tidak dari satu dua suku saja. Dan pada akhirnya kita semua adalah satu Indonesia, jangan biarkan rasisme dan fanatisme memecah belah kerukunan bangsa yang selama ini terjaga.
Baca juga: [OPINI] Anies Ingin Satukan Warga Tapi Masih Pakai Istilah Pribumi