Perusahan Besar Ini Bisa Sukses di Mancanegara Tapi Malah Tidak Laku di Tiongkok!

Kok bisa ya?

Punya nama dan reputasi yang terkenal nyatanya bukan jaminan bagi sebuah perusahaan untuk dapat secara mudah melebarkan sayapnya di mancanegara. Perusahaan-perusahaan ini pun telah membuktikannya sendiri ketika mencoba menuai kesuksesan di negara lain. Dan uniknya, kegagalan mereka ini sama-sama terjadi di Tiongkok.

Negara yang ekonominya merupakan salah satu terbesar di dunia ini ternyata tidak bisa menyediakan pasar yang mendukung perusahaan-perusahaan asing ini untuk bertahan. Padahal, Tiongkok memiliki populasi terbesar di dunia lho, dengan penduduk mencapai satu miliar lebih! Mau tahu perusahaan-perusahaan apa saja yang bisa gagal di negara tirai bambu ini? Dijamin kamu tahu semua kok!

1. Google

Perusahan Besar Ini Bisa Sukses di Mancanegara Tapi Malah Tidak Laku di Tiongkok!www.newyorker.com

Iya, Google! Kaget kan? Padahal kalau dipikir-pikir, siapa sih yang gak pakai Google? Tapi ternyata, di Tiongkok sendiri, Google tidak sepopuler di Indonesia atau negara-negara lainnya. Google dikabarkan kalah bersaing dengan perusahaan lokal di Tiongkok yang sama-sama menyediakan produk search engine, salah satunya adalah Baidu.

Baidu unggul di pasar Tiongkok akibat kemudahan akses yang diberikannya kepada konsumen untuk mengakses media-media bajakan. Salah satu penyebab utama lain meruginya perusahaan ini adalah kebijakan pemerintah Tiongkok terkait censorship yang tidak berhasil dipatuhi oleh Google.

Tiongkok memang terkenal dengan ketatnya regulasi pengamanan internet di dalam negara tersebut, beberapa situs jejaring sosial terkenal seperti Facebook bahkan dilarang untuk dikunjungi. Peristiwa ini pun berujung pada ditutupnya perusahaan Google di Tiongkok pada tahun 2010. Meski begitu, dikabarkan perusahaan ini akan segera mencoba kembali peruntungannya di Tiongkok di waktu yang belum ditentukan.

2. Ebay

Perusahan Besar Ini Bisa Sukses di Mancanegara Tapi Malah Tidak Laku di Tiongkok!commons.wikimedia.org

Kegagalan juga terjadi pada perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce ini. Ebay pertama kali memasuki Tiongkok di tahun 2004 dan hanya mampu bertahan selama dua tahun di sana. Keberadaan perusahaan e-commerce lokal seperti Alibaba dan Taobao memberikan kekalahan telak bagi Ebay.

Model transaksi yang disediakan Ebay, di mana pembeli harus melalui proses pelelangan terlebih dahulu, ternyata sama sekali tidak diminati para konsumen di Tiongkok. Mereka lebih menyukai proses transaksi yang memungkinkan mereka untuk menawar harga secara langsung ke penjual supaya mendapat harga yang paling murah. Model transaksi ini pun diterapkan oleh para perusahaan e-commerce lokal, yang akhirnya membuat mereka unggul.

3. Mattel

Perusahan Besar Ini Bisa Sukses di Mancanegara Tapi Malah Tidak Laku di Tiongkok!logodatabases.com

Perusahaan mainan ternama ini merupakan perusahaan yang memproduksi boneka Barbie, boneka legendaris yang pastinya selalu wajib dimiliki oleh anak-anak perempuan. Namun ternyata, boneka Barbie yang selalu menjadi produk unggulan perusahaan ini gagal meraih ketenaran yang sama di Tiongkok. Di tahun 2009, Mattel membangun sebuah toko besar yang dikhususkan untuk produk Barbie-nya di Shanghai. Sayangnya, toko seluas lebih dari 3000 meter persegi ini malah justru merugi dan akhirnya harus tutup di tahun 2011.

Disinyalir, ternyata Barbie tidak dianggap terkenal di Tiongkok, sehingga tidak laku di pasaran. Namun sepertinya tidak ada kata “menyerah” bagi perusahan ini, karena di tahun 2013 kemarin, Barbie kembali dijual di Tiongkok, kali ini dengan konsep baru dan tentunya harga yang lebih murah. Diharapkan kedepannya, Barbie akan membantu Mattel kembali meraih kesuksesan seperti di negara-negara lain.

Baca Juga: Wow! Ini Nih 9 Perusahaan Paling Diminati di Dunia yang Bikin Kamu Mupeng

4. Uber

Perusahan Besar Ini Bisa Sukses di Mancanegara Tapi Malah Tidak Laku di Tiongkok!www.businesskorea.co.kr

Perusahaan penyedia jasa transportasi secara online ini juga akhirnya harus gulung tikar setelah baru-baru ini dibeli senilai delapan miliar dolar oleh perusahaan rival lokal Didi Chuxing yang juga bergerak di bidang yang sama. Lagi-lagi persaingan yang ketat dengan perusahan lokal menjadi alasan tutupnya perusahaan ini.

Sebelumnya, Uber sudah melakukan berbagai usaha untuk merebut pasar, sebagai bentuk persaingan dengan Didi Chuxing. Usaha yang dilakukan Uber pun tetap gagal hingga mengalami kerugian sebanyak dua miliar dolar. Poin utama kegagalan Uber dikabarkan terletak dalam pemasangan harga tarif yang lebih mahal dari Didi Chuxing, membuat para konsumen lebih memilih perusahaan lokal tersebut.

5. Apple

Perusahan Besar Ini Bisa Sukses di Mancanegara Tapi Malah Tidak Laku di Tiongkok!www.benzinga.com

Siapa yang gak mau punya produk Apple? Perusahaan elektronik ini terkenal dengan produk-produknya yang berdesain minimalis dan menjadi dambaan banyak orang. Setiap iPhone merilis seri terbaru, orang-orang di banyak negara pun rela mengantri berjam-jam bahkan jauh hari sebelum toko dibuka demi mendapatkan smartphone tersebut.

Meski begitu, sepertinya popularitas yang dimiliki Apple tidak menghasilkan kesuksesan yang sama di Tiongkok. Penjualan Apple di Tiongkok dikabarkan hanya menduduki peringkat lima, sahamnya pun hanya terjual sebanyak sembilan persen. Kedudukan Apple di Tiongkok berhasil ditaklukan (lagi-lagi) oleh produk lokal. Oppo, Vivo, dan Meizu merupakan sebagian merek lokal yang mendominasi penjualan di Tiongkok.

Meskipun Apple belum merugi hingga saat ini, namun diduga akan sulit bersaing dengan merek-merek lokal lantaran mereka mampu menawarkan produk dengan spesifikasi yang hampir mirip tapi dengan nilai yang bisa mencapai setengah harga produk Apple. Wajar dong kalau banyak yang tergiur.

Lalu, kenapa bisa gak laku ya?

Kurangnya fleksibilitas, kegagalan beradaptasi dengan lingkungan lokal dan adanya pesaing yang lebih kuat, merupakan faktor-faktor yang mendominasi dibalik kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut.

Apabila kita telaah, ketidakberuntungan yang dialami perusahaan-perusahaan asing terebut masing-masing sesungguhnya memiliki latar belakang yang sama, yakni persaingan ketat dengan perusahaan lokal. Lantas, apa sih yang membuat mereka tidak berhasil bersaing? Kenapa Tiongkok bisa menjadi pasar yang sulit dimasuki? Padahal kalau dilihat dari skala besar, perusahaan-perusahaan itu sudah jauh berdiri lebih lama dan sudah lebih dulu mendunia.

Dilansir dari CNBC, kegagalan perusahaan-perusahaan ini untuk meraih pasar di Tiongkok disebabkan oleh beragam faktor. Kurangnya fleksibilitas, kegagalan beradaptasi dengan lingkungan lokal, dan adanya pesaing yang lebih kuat, merupakan faktor-faktor yang mendominasi dibalik kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut. Seperti yang dialami Google yang tidak mampu menerapkan kebijakan lokal pemerintah, dan juga Ebay yang gagal membaca minat dan budaya para konsumen.

Memang sangat disayangkan, tapi jika kita ambil sisi positifnya, peristiwa ini menunjukkan bahwa nyatanya perusahaan lokal juga mampu berjaya di tengah ketatnya persaingan dengan perusahaan asing. Semoga perusahaan-perusahaan lokal dari kita juga semakin banyak yang mampu bersaing ya. Indonesia jangan mau kalah juga dong!

Baca Juga: 7 Tips Agar Pekerjaan Tidak Jadi Beban Meski Kamu Sedang Capek-capeknya

Topik:

Berita Terkini Lainnya