Bangga, 8 Film Indonesia yang Dapat Penghargaan Internasional 2017

#Replay2017 Mimin suka film nomor 3. Kamu yang mana?

Industri perfilman di Indonesia memang dapat dikatakan membanggakan. Beberapa film bahkan menjadi pembicaraan hangat karena prestasi yang ditorehkannya. Dari tahun ke tahun, proyek film berkualitas mewakili Indonesia di festival film bergengsi di dunia.

Dengan penilaian yang ketat, tidak sedikit dari film-film tersebut meraih penghargaan. Termasuk di tahun ini. Nah berikut adalah delapan film Indonesia yang berjaya dalam festival film internasional.

1. Athirah (Emma/ Mother).

Mengisahkan mengenai perjalanan hidup seorang perempuan tangguh yang tidak lain merupakan ibunda Yusuf Kalla, akting Cut Mini Theo yang berperan sebagai Athirah sangatlah memukau. Tak mengherankan jika ia mendapatkan Piala Citra sebagai ‘Pemeran Utama Wanita Terbaik’.

Bukan hanya itu saja. Film yang resmi diliris pada September 2016 ini juga sukses membawa 5 Piala Citra lagi untuk kategori, Film Terbaik, Penulis Skenario Adaptasi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penata Busana Terbaik dan Sutradara Terbaik.

Selain mendapatkan apresiasi dari festival film dalam negeri, film berjudul internasional ‘Emma : Mother’ ini juga mendapatkan banyak pujian dari festival film internasional, saat diputar di Vancouver Internasional Film Festival pada 29 September – 14 Oktober 2016 Kanada, Busan International Film Festival 6 – 16 Oktober 2016 di Korea Selatan dan Tokyo International Film Festival 25 Oktober – 3 November 2016 di Jepang.

Tidak hanya itu saja. Film yang diangkat dari novel biografi karya Alberthiene Endah yang diberi judul ‘Hajjah Athirah Kalla’ ini juga kembali mendapatkan INALCO Award dari festival film internasional des Cinemas d'Asia Vesoul 2017 yang berlangsung di Prancis. Kabar gembira ini di bagikan sang produser Mira Lesmana melalui akun pribadinya @MirLes.

2. Sekala Niskala (The Seen and Unseen).

Digarap oleh sutradara sekaliber Kamila Andini, Film ‘The Seen and Unseen’ pastinya sangatlah istimewa. Bersama 11 film lainnya, film yang memilih Pulau Dewata untuk pengambilan gambar ini bahkan menjadi satu-satunya film Asia yang diputar dalam sesi paling bergensi (Platform) di Toronto Internasional Film Festival 2017. 

Selain TIFF 2017 ‘The Seen and Unseen’ juga berlaga dalam Venice Production Bridge, Hong Kong Asia Film Financing Forum dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival ke-12.

Dan yang tidak kalah menggembirakan, ‘The Seen and Unseen’  mendapatkan penghargaan dari Asia Pasific Screen Award- Tokyo Filmex International Film Festival untuk kategori Best Youth Film.

‘The Seen and Unseen’ mengisahkan mengenai Tantri yang selalu menemani Tantra, saudara kembarnya yang tergeletak lemah akibat penyakit yang menyerang otak.

Bermain musik hingga menari bersama menjadi hal yang dilakukan bocah 10 tahun itu selama di rumah sakit. Semua itu membawa keceriaan tersendiri bagi Tantra maupun Tantri.

Namun semakin hari kondisi Tantra semakin lemah. Bahkan untuk sekadar bangun dan menyambut saudara kembarnya pun semakin sulit dilakukan. Kenyataan yang didapatinya saat berkunjung ke rumah sakit itu agaknya dirasakan berbeda oleh Tantri saat malam hari.

Di bawah sinar bulan purnama, Tantri tampak menggerakkan tubuhnya secara indah, ia menari gembira bersama makhluk tak kasat mata. Bagi yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya, harus bersabar hingga awal tahun 2018.

3. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Marlina the Murderer in Four Acts).

Film Indonesia lainnya yang juga mendapatkan penghargaan dari Tokyo Filmex International Film Festival 2017 adalah 'Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak'. Sebelumnya, film garapan Mouly Surya ini juga sukses membawa pulang penghargaan prestisius dari festival film di Maroko, Polandia, Spanyol dan Filipina.

Bahkan Marsha Timothy yang untuk pertama kalinya harus melakoni karakter pembunuh, dinobatkan sebagai 'Aktris Terbaik' dalam Festival Film di Spanyol mengalahkan aktris Hollywood.

Sesuai judulnya 'Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak' terbagi dalam empat babak. Yaitu perampokan di rumah Marlina, perjalanan Marlina ke kantor polisi dengan membawa serta kepala perampok yang telah dibunuhnya, pengakuan dan babak yang terakhir adalah kelahiran.

4. Istirahatlah Kata-Kata.

'Istirahatlah Kata-kata' menambah panjang deretan film Indonesia yang mendapatkan penghargaan internasional. Film ini sukses meraih penghargaan khusus (Love is Folly) dari juri di ajang Film Festival Love is Folly di Bulgaria pada 25 Agustus-3 September 2017.

Penghargaan ini menjadi yang tertinggi kedua setelah Grand Prix Award. Film garapan Yosep Anggi Noen ini mengangkat kisah Wiji Thukul, aktivis yang juga seorang penyair yang menjadi buronan di masa Orde Baru.

5. Battle of Surabaya.

Film karya anak bangsa yang juga mendapatkan penghargaan internasional datang dari dunia animasi, kalian tentu sudah tahu jika dalam ajang Milan International Filmmaker Festival 2017, ‘Battle of Surabaya’ keluar sebagai ‘Film Animasi Terbaik’. Festival film bergengsi ini sendiri berlangsung di Italia 25 November - 2 Desember 2017.

Disutradarai Aryanto Yuniawan, prestasi yang telah ditorehkan ‘Battle of Surabaya’ tentu menjadi pembuktian jika industri kreatif Indonesia patut diperhitungkan dalam pasar animasi global.

Point lainnya adalah alur cerita mengharukan yang membuat kita sebagai bangsa Indonesia lebih banyak bersyukur atas nikmat kemerdekaan. Mengingat ‘Battle of Surabaya’mengambil setting pertempuran 10 November 1945 yang berlangsung di Surabaya.

Sukses menyajikan film animasi super kece, ternyata proses produksi ‘Battle of Surabaya’ melibatkan 180 animator Indonesia lho.

Mereka tidak lain merupakan para animator profesional, dosen, alumnus hingga mahasiswa AMIKOM. Bukan hanya itu saja. Sistem produksinya juga turut mendapat dukungan dari Disney.

6. Humba Dreams.

Bangga, 8 Film Indonesia yang Dapat Penghargaan Internasional 2017BreakingNews.co.id

Satu lagi film arahan Riri Riza yang berjaya di dunia perfilman internasional, ‘Humba Dreams’. Kalian mungkin asing dengan film yang satu ini karena memang ‘Humba Dream’ belum tayang di bioskop tanah air. Namun demikian film ini bisa jadi pilihan terbaik bagi kamu yang ingin menonton bergenre drama.

Selain mengeksplor keindahan Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur, kekuatan film yang diproduksi Miles Films ini juga terletak dari sinematografi dan alur ceritanya. Hingga tidak mengherankan jika film ‘Humba Dreams’ dinilai sebagai satu film Indonesia yang berkualitas.

Hal ini pun telah dibuktikan dengan keberhasilannya meraih penghargaan CJ Entertaiment Award - Asian Project Market 2017 yang berlangsung di Busan, Korea Selatan 17 Oktober 2017.

‘Humba Dream’ menceritakan mengenai seorang mahasiswa jurusan film yang melakukan perjalanan untuk memperbaiki gulungan film seluloid dari ayahnya agar dapat terbaca. Perjalanan yang ia lakukan pula turut membawanya menemukan jati diri.

7. Ruah (The Malediction).

Bangga, 8 Film Indonesia yang Dapat Penghargaan Internasional 2017Jakarta Globe

Selain ‘The Seen and Unseen’, film pendek indonesia lainnya yang juga mendapatkan penghargaan dari Singapore International Film Festival (SGIFF) ke 28 adalah ‘Ruah’.

Berkompetensi dengan 15 film pendek lain dari negera-negara Asia Tenggara, film yang hanya berdurasi 27 menit tersebut sukses menarik perhatian Silver Screen Awards dalam ajang festival film yang diselenggarakan di Singapura.

Film berjudul internasional ‘The Malediction’ ini juga mengukir prestasi gemilang di dalam negeri, dengan dinobatkan sebagai Film Pendek Terbaik dan berhasil membawa Piala Citra 2017. ‘Ruah’ juga sempat diputar di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2016.

Mengambil lokasi syuting di Yogyakarta, sang sutradara Makbul Mubarak, mengangkat isu poligami yang melibatkan Haji Halim, seorang kaya raya yang menikahi janda muda. Konflik pun tidak bisa dihindari, sang isteri pertama mengutuk keputusan suaminya itu dan hal-hal buruk terjadi.

8. Turah.

Dalam perhelatan ASEAN Film Awards 2017, Indonesia yang hanya di wakili film ‘Turah’ kembali mengukir prestasi. Sang sutradara Wicaksono Wisnu Legowo, dinobatkan sebagai ‘Best Director’

Ajang festival film yang berlangsung di Trung Vuong Theatre, Da Nang, Vietnam 28 November 2017 tersebut memang mengharuskan ke 10 negara ASEAN untuk mengirimkan satu film.

Bagi Wicaksono ‘Turah’, menjadi film panjang pertamanya. Di mana ia bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis. Sebelumnya Wicaksono lebih banyak menggarap film pendek dan beberapa kali terlibat dalam pembuatan film panjang sebagai asisten sutradara.

Tentu bukan itu saja prestasi yang berhasil ditorehkan ‘Turah’ di festival film internasional, apresiasi juga datang dari 9th Bengaluru International Film Festival 2017, ASIA-PASIFIC Screen Awards 2017, 14th Seoul Internasional Agape Film Festival 2017.

Satu tahun sebelumnya ‘Turah’ juga mendapatkan penghargaan di ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2016, Singapore Internationl Film Festival 2016 dan masih banyak lagi.

Dengan berbagai capaian prestasi yang sudah diraihnya itu, bukan hal yang mengherankan jika ‘Turah’ terpilih mewakili Indonesia untuk memperebutkan piala Oscar 2018 kategori Film Berbahasa Asing Terbaik (film non bahasa Inggris).

Itulah beberapa film Indoensia yang mendapatkan penghargaan internasional di tahun 2017. Buat bangga bukan? So, ayo dukung perfilman tanah air dengan datang ke bioskop, no bajak.

Masih banyak lagi film-film karya sineas muda yang berlaga di kancah perfilman dunia. Satu di antaranya 'Joko' yang sukses mengharumkan nama bangsa di ajang Singapore International Film Festival (SGIFF) ke-28.

me Photo Verified Writer me

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya