Jaeger Makin Megah, Ini 7 Kelebihan & Kekurangan Pacific Rim: Uprising
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada tahun 2013, Guillermo del Toro, pemenang Sutradara Terbaik Oscar 2018, menciptakan sebuah film aksi science-fiction laris berjudul Pacific Rim. Kamu mungkin juga jadi salah satu penonton yang terkagum-kagum dengan film keren ini.
Menyusul kesuksesan film pertama, sebuah sekuel berjudul Pacific Rim: Uprising pun dirilis pada Maret 2018. Dalam film dikisahkan 10 tahun sudah berlalu sejak peristiwa di film pertama dan otomatis ada banyak perubahan dalam film yang sekarang digarap oleh Steven S. DeKnight ini.
IDN Times sudah menyaksikan langsung aksi terbaru Jaeger melawan Kaiju, dan menemukan 7 kelebihan & kekurangan dari Pacific Rim: Uprising.
Peringatan: artikel ini mengandung spoiler, jika kamu tidak ingin terkena spoiler berhenti baca sampai di sini saja ya!
1. Cerita yang baru menghadirkan lebih banyak cast yang menjunjung nilai diversity
Film Hollywood sudah sering didominasi oleh pemeran yang itu-itu saja dari negara yang itu-itu pula. Pacific Rim dan Pacific Rim: Uprising memberi ruang bagi keanekaragaman untuk mendapat spotlight.
Aktor-aktris berbakat dari berbagai latar belakang dan negara punya peran signifikan dan memukau di sini. Salah satunya Jing Tian sebagai Liwen Shao, seorang ilmuwan dan pengusaha hebat yang punya peran besar dalam cerita sekuel ini.
2. Jaeger yang lebih canggih diimbangi Kaiju yang lebih unik juga
Ceritanya 10 tahun sudah berlalu sejak peristiwa yang terjadi di film pertama. Otomatis sudah banyak perkembangan juga dalam teknologi Jaeger yang membuatnya lebih canggih dan hebat.
Jangan salah, kubu Kaiju pun tak mau kalah. Selain punya kemampuan baru untuk menggabungkan diri untuk membentuk Kaiju yang lebih besar, mereka juga berhasil menginflintrasi industri buatan manusia dan menguasai sejumlah teknologi lawan sendiri. Penasaran kan bagaimana caranya? Nonton deh buruan.
3. Tak bisa dipungkiri, Pacific Rim: Uprising penuh dengan adegan pertempuran super seru & efek memukau
Sekarang kita bahas kekurangan film garapan Steven S. DeKnight ini yuk
Editor’s picks
4. Sayangnya cerita dan karakterisasi di Pacific Rim: Uprising tak digarap sedalam dan seemosional film pertama
Ada banyak tokoh baru yang menggantikan peran di film sebelumnya. Ada juga benih-benih cerita yang mampu menggugah emosi penonton untuk membuat mereka tenggelam dalam cerita. Sayangnya semua ini terasa diabaikan.
Berbeda dengan film pertama yang mengusik nurani dan membuat para penonton menginvestasikan diri mereka dalam setiap tokohnya, sekuel ini terasa sangat dangkal. Setiap tokoh baru hanya bagaikan pion-pion yang tak bisa membuat kita simpati atau peduli dengan keberadaan mereka.
Selain adegan pertarungan keren, semua hal yang terjadi tak memberi peran berarti. Tak ada lagi perasaan tersentuh atau mengundang empati seperti di film pertama. Bahkan ketika ada tokoh tewas pun kita terasa kebas.
Baca juga: Millennials Harus Nonton 7 Karya Usmar Ismail Sang Bapak Perfilman
5. Komedi memang perlu, namun terlalu banyak komedi akan membuat penonton jenuh
6. Koneksi "drifting" antara kedua pilot Jaeger tidak sesakral film sebelumnya
Untuk bisa mengoperasikan Jaeger yang begitu besarnya, dibutuhkan dua orang atau lebih pilot. Dan untuk bisa menjadi pilot yang baik, keduanya harus kompatibel, terkoneksi dengan sempurna sebagai otak kiri dan otak kanan.
Hal ini digambarkan sebagai sesuatu yang sakral dan tak mudah di film pertama, membuat penonton jadi menghargai setiap koneksi dan karakter yang ada. Sayangnya di film kedua, proses "drifting" terasa biasa saja. Amara digambarkan bisa dengan begitu mudah terhubung dengan Jake yang hanya sekali berlatih dengannya.
Bedakan dengan Raleigh Becket yang harus berusaha keras mencari pengganti kakak kandungnya sebelum menemukan Mako Mori di film pertama. Padahal proses "drifting" ini memberi nilai sentimental khusus dalam cerita.